Jumat, 02 Januari 2015

Wisata ke Taman Safari Bogor


Tanggal 19-21 Desember SDN Jagapura 04 Kec.Kersana Brebes mengadakan Wisata ke Taman Safari Bogor, peserta dari Siswa-siswi dan Guru-guru SDN Jagapura 04, Kegiatan Wisata sudah menjadi Program sekolah setiap jelang Liburan Smt.Gazal, khususnya siswa kelas VI yang sebentar lagi akan menghadapi Ujian dan Lulus dari sekolah ini. Ini dokumentasi yang bisa penulis abadikan sebagian, barangkali sebagai gambaran saudara-saudara barangkali nanti wisata ke Bogor.....
ini Armada Bus Dedy Jaya yang membawa rombongan Wisata SDN Jagapura 04 tiba di lokasi, Wah Pak Manager... lagi mejeng di depan Bus....

lagi-lagi mejeng ya Pak....? ini di depan patung Raja Munyuk.....
ini aneka flora dan fauna tampak Jerapah yang berleher panjang....
Satwa Gajah Sumatera, dengan berbagai atraksi....



Pengunjung berfoto dengan Gajah Sumatera..
ini Sadwa yang buas mencari mangsa di jalan......"siapa lewat aku terkam jadi mangsaku ah.....hemmmm.
Aku udah enak...menjadi penghuni Istana,......(kata Harimau).





REONI TEMAN D2 PGSD UNS TH.1997

 KESAN PESAN

Assalamu alaikum wr.wb, Wahai teman2, alumni D2 PGSD UNS Surakarta, pekan lalu kita ketemu ketemu di rumah mb Sri Mulyani, meski hujan2 kita tetap kompak dan semangat bisa ketemu, dan jangan lupa tahun depan kt ketemu di Fila Mas Dwi Harjanto, di Obyek Grojogan sewu Tawangmangu ya.....! dan ini Blog sya teman2, Pak Dhe Brebes......

Kamis, 06 Juni 2013

SINOPSIS TARI DOLANAN SINTREN-SINTRENAN

SINOPSIS
TARI DOLANAN SINTREN-SINTRENAN


    Kesenian Sintren berasal dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak,  hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso. Akhirnya Raden Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh Bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula Raden Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih, akhirnya terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan Raden Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukkan Sintren sang penari pasti dimasuki Roh Bidadari oleh Pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci [perawan]. Sintren juga mempunyai keunikan tersendiri, yaitu terlihat dari panggung alat – alat musiknya yang terbuat dari tembikar atau  gembyung dan kipas dari bambu yang ketika  ditabuh dengan cara tertentu menimbulkan suara yang khas.
    Sintren dalah kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon kesenian ini terkenal dari pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain Indramayu, Cirebon, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang, Banyumas, Dan Pekalongan. Kesenian Sintren dikenal juga dengan nama LAIS. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Raden Sulandono.
    Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh Pawang dengan diiringi gending enam orang. Dalam perkembangannya tari sintren sebagai hiburan budaya, kemudian dilengkapi dengan penari pendamping dan Bodor [lawak]. Dalam permainan kesenian rakyat pun Dewi Lanjar berpengaruh, antara lain dalam permainan Sintren, Si Pawang [dalang] sering mengundang Roh Dewi Lanjar untuk masuk ke dalam permainan sintren. Bila Roh Dewi Lanjar berhasil diundang, maka penari Sintren akan terlihat lebih cantik dan membawakan tarian lebih lincah dan mempesona.
    Untuk itu dalam tarian ini digambarkan ada sekelompok anak kecil yang ingin menirukan tarian gaya sintren tersebut. Anak - anak ini menyebutnya dengan tari Sintren-sintrenan. Karena tarian ini tidak ada aroma mistis/magisnya. Anak-anak hanya sekedar menari dengan lincah dan lemah gemulai, mereka menari dengan suka cita dan riang gembira.
    Pesan yang bisa kita ambil dari Tari Dolanan Sintren-sintrenan ini adalah, untuk mewarisi budaya yang ada di tanah Jawa khususnya di daerah Pesisir Pantai  Utara Pulau Jawa dan mengapa penulis menggunakan kata “dolanan Sintren-sintrenan” dalam Sinopsis ini? Maksud penulis adalah:  Tarian ini hanya dolanan atau permainan yang diperagakan oleh anak  SD berdasarkan cerita sejarah masa yang lalu, sehingga Tari Sintren ini bukan tari Sintren yang sebenarnya yang konon ceritanya berbau Mistis dan Magis tetapi ini semua hanya sekedar hiburan bagi anak-anak generasi sekarang.
    Demikian ringkasan cerita/ Sinopsis  tari Sintren-sintrenan  yang kami susun sekaligus dipentaskan dalam Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Tingkat Sekolah Dasar Kabupaten Brebes Tahun 2013 kali ini, dengan harapan bisa menjadi pertimbangan bagi bapak/ Ibu  Dewan Juri.
Kata Pengantar

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan nikmat dan petunjukNya, sehingga dalam waktu yang singkat kami dapat menemukan dan mempraktikan gerakan sebuah tari kreasi baru yang bernuansa  kerakyatan  dan secara singkat kami paparkan dalam sebuah  Sinopsis yang berjudul “ Tari Dolanan Sintren-sintrenan” dengan harapan dapat memenuhi unsur yang  kita harapkan yaitu  Wiraga, Wirama dan Wirasa. Bagi para  Dewan Juri , para  pembaca  dan pemirsa  mohon kritik dan sarannya yang sifatnya  membangun demi kesempurnaan karya ini.
    Demikian  kata pengantar kami, semoga ada manfaatnya bagi kemajuan dunia pendidikan kita khususnya di bidang seni dan budaya sebagai warisan Nenek moyang kita yang harus kita lestarikan.
Terima kasih.


                                Penulis,






PENGESAHAN

    Setelah  memperhatikan, mempelajari, dan membaca Sinopsis yang berjudul  “ Tari Dolanan Sintren-sintrenan “ maka kami berpendapat bahwa  karya seni Tari Kreasi Baru ini benar- benar original dan  hasil cipta kreasi  guru kami sendiri bukan hasil  karya orang lain atau hasil tiruan.
Maka dengan ini saya mengesahkan karya seni Tari yang berjudul Tari Dolanan Sintren-sintrenan yang diperagakan oleh siswi-siswi SD Limbangan 04 di bawah bimbingan guru-guru kami.
                       

                            Disahkan di : Limbangan
                            Tanggal        : 11  Mei  2013
Mengetahui                         Kepala
Kepala UPTD Pendidikan                SD Negeri Limbangan 04
Kecamatan Kersana,


H. TARSONO, S.Pd., M.Pd.            BEJO SUSILO, S.Pd.SD
NIP. 19590701 197911 1 002                NIP. 19540228 197512 1 002





GAMBAR KEGIATAN  SISWA
DALAM LATIHAN  “ TARI DOLANAN  SINTREN-SINTRENAN ”
DI RUANG SEKOLAH

gambar Gladi resik
Siswa melakukan gerakan sesuai dengan arahan
guru pembimbing.

Kegiatan Gladi bersih jelang keberangkatan Lomba
Ke Kabupaten Brebes
Tanggal 13 Mei 2013












































Kamis, 01 Desember 2011

TANTANGAN DALAM PEMBELAJARAN BERKARAKTER BANGSA

        Guru di akhir-akhir ini dalam tugas profesinya di hadapkan pada pelaksanaan pembelajaran yang menekankan pada beberapa nilai -nilai karakter yang telah disebutkan dalam kurikulum berkarakter bangsa, seperti halnya yang telah dilaksanakan di forum-forum guru seperti KKG yang bertujuan untuk membekali guru agar dalam pembelajarannya mulai menerapkan pembelajaran berkarakter bangsa. Khususnya lagi pembelajaran di tingkat SD yang notabene pendidikan dasar di sini mulai ditekankan dengan maksud peserta didik dapat melaksanakan dan menjiwai nilai-nilai karakter sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru dari setiap rencana program pembelajaran.
          Tetapi semua itu hasilnya belum bisa menjanjikan jika beberapa faktor di bawah ini diabaikan, faktor-faktor itu adalah; Keluarga (orang tua), Sekolah( Guru) , dan Lingkungan.
      1. Keluarga 
Keluarga dalam hal ini adalah orang tua siswa, orang tua sangat menetukan keberhasilan dalam pembelajaran karakter, mengapa demikian ? sudah barang   tentu nilai-nilai karakter peserta didik akan terpatri di jiwa dan prilaku siswa sejak dini yang didapat dari didikan keluarganya ( orang tua ) sehingga anak masuk di sekolah sudah memiliki bekal pengalaman dalam melaksanakan nilai-nilai karakter di dalam keluarganya, maka peran orang tua dalam pendidikan karakter benar-benar sangat diperlukan keterlibatannya.
      2. Sekolah 
Sekolah merupakan agen pembelajaran yang berusahan mencetak generasi bangsa yang memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh pendidik / guru di sekolah. Maka di sinilah peran guru sebagai figur yang harus bisa berbicara di depan peserta didik tetapi yang lebih penting guru harus bisa memberikan suritauladan atau contoh konkrit terhadap apa yang diinginkan oleh guru kepada peserta didiknya. Jadi pada intinya guru bukan saja mengajar dengan menyuruh siswa untuk berbuat atau melakukan apa yang dimaksud guru tetapi guru harus lebih dulu memberi contoh, misal : Penanaman nilai karakter Religius, bagi siswa yang beragama Islam harus melaksanakan Sholat 5 waktu, tetapi guru sendiri tidak melaksanakan Sholat 5 waktu. Nah inilah keteladanan figur seorang  guru tidak ada.
      3. Lingkungan
Lingkungan bagi siswa sangat kompleks, bisa jadi lingkungan keluarga, teman bermain, dan masyarakat luas.
Seperti apa yang terjadi di lingkungan keluarga siswa juga memiliki lingkungan teman bermain atau kelompok sebaya lingkungan ini berada di masyarakat secara luas dan di sinilah tempat terjadinya kontak dalam komunikasi sosial yang sangat menentukan karakter anak, jika lingkungan baik bisa memberikan dampak yang positif bagi perkembangan karakter anak, namun jika sebaliknya lingkungan tidak baik maka yang didapat hanya nilai-nilai yang bertolak belakang dari norma-norma nilai yang berkarakter bangsa yang diajarkan guru di sekolah. Maka lingkungan juga sangat-sangat diperlukan keterlibatannya dalam pembelajaran berkarakter bangsa.
Jadi semua upaya pemerintah dan dunia pendidikan khususnya bagi Guru tidak begitu saja mengabaikan ke tiga faktor tersebut di atas jika ingin berhasil dalam pelaksanaan pembelajaran karakter di Sekolahnya.
Terima kasih, semoga bermanfaat.